Public Hearing 1: Edisi Spesial Akademik “Aku, Kamu, dan COVID-19”

Oleh: Indah dan Fitri

Pada hari Rabu (22/07) telah dilaksanakan Public Hearing 1 yang dilangsungkan pada pukul 13.00 WIB oleh Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) melalui platform Ms.Teams. Pada kesempatan kali ini Public Hearing memiliki edisi spesial yaitu dengan mengangkat tema “Aku, Kamu, dan COVID-19”. Public Hearing sendiri merupakan forum yang memfasilitasi mahasiswa dalam menyalurkan aspirasi terkait akademik maupun sarana prasarana, serta untuk menjaga hubungan baik antar civitas akademik FEB Undip. Pada forum ini mahasiswa dapat menyampaikan aspirasinya terkait akademik secara langsung kepada pihak dekanat FEB Undip.

Acara ini dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Undip oleh seluruh peserta yang hadir, kemudian dilanjutkan sambutan oleh Ketua Panitia Public Hearing 1, dilanjutkan oleh Ketua Senat Mahasiswa FEB Undip, kemudian disambung oleh Pembina Senat Mahasiswa dan Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan FEB Undip. Lalu, masuk sesi pemaparan dari Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan, serta Kasubag Akademik dan Kemahasiswaan FEB Undip.

Problematika Mahasiswa di Tengah Pandemi COVID-19

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Senat Mahasiswa FEB Undip, sebagian besar kendala atau permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa ialah terkait sinyal, kouta, metode dan durasi perkuliahan, penilaian akademik, akses sarana prasarana mahasiswa FEB Undip seperti perpustakaan dan lainnya guna penunjang pembuatan skripsi selama masa pandemi.

Terkait masalah kouta, dari Undip sendiri sudah memberikan subsidi kouta bagi mahasiswa meskipun terbatas, adapun juga kebijakan terbaru terkait Uang Kuliah Tunggal (UKT). Sementara itu, FEB memberikan bantuan sembako bagi mahasiswa yang masih tinggal di Tembalang, sosialisasi kepada dosen tentang durasi perkuliahan agar tidak memberatkan mahasiswa terkait kouta. Selanjutnya terdapat pembahasan mengenai sistem perkuliahan semester depan. “Sebenarnya materi dan metode itu ada di prodi, jadi fakultas nanti tinggal menyetujui kecuali mereka melewati batas-batas PPM yang seharusnya. Tapi saya yakin tidak, karena prodi itu yang paling tau materi, kurikulum perkuliahan, RPS, kekuatan dan kekuasaannya ada di prodi,” ujar Firmansyah, selaku Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan FEB Undip.

Kemudian untuk sarana prasarana khususnya perpustakaan, di dalam SSO Undip sendiri sudah terdapat fasilitas e-journal, sebagaimana dikatakan oleh wakil dekan FEB Undip bahwa langganan jurnal online tersebut memakan anggaran berkisar sembilan sampai sebelas miliyar per tahun. Sedangkan untuk mekanisme peminjaman fisik buku cetak masih dalam tahap proses. “Kita sudah mulai perpustakaan digital akhir tahun lalu, namun dikarenakan pandemi dan berimbas ke anggaran juga kita belum selesai urusannya. Padahal ruang bacanya sudah ada dimana-mana seperti di lab kewirausahaan, perpustakaan lantai tiga sedang dibangun working space juga dan rencana ruang baca juga dapat diakses di dekanat, perpustakaan dilantai satu, dua, tiga, terus gedung A, B, C. Rencananya aksesnya sampai kesana, anggaran sudah disusun sejak tahun lalu namun tahun ini kita terseok-seok juga tapi dalam jangka pendek saya belum yakin itu bisa diakses disemester baru ini maka kami perlu matangkan sistem bagaimana mahasiswa meminjam buku,” tambah Firmansyah lagi.

Beralih ke dalam pembahasan tentang mahasiswa yang menjalani skripsi, masalah yang ada terkait pembagian dosen pembimbing maupun metode pembimbingan selama pandemi ini. Selanjutnya di akhir forum terdapat sesi tanya jawab untuk para audiens. Selain pertanyaan, moderator juga mempersilahkan kepada para mahasiswa untuk memberikan saran-saran terkait permasalahan akademik FEB Undip.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *